Oleh: Sahono, M.Pd – SMK Teknomedika Plus Kab. Bogor
Klik disini untuk mendownload Link file presentasi
Refleksi adalah proses penting dalam pengembangan diri dan perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan. Begitu juga dalam dunia pendidikan, refleksi memiliki peran yang sangat krusial dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam artikel ini, kita akan membahas model refleksi situasi-makna-aksi yang digunakan oleh Pak guru Sahono, M.Pd dari SMK Teknomedika Plus Kabupaten Bogor untuk memperbaiki situasi pembelajaran di sekolahnya.
Model Refleksi Situasi – Makna – Aksi
Model refleksi situasi-makna-aksi adalah pendekatan yang bertujuan untuk membantu seseorang, dalam konteks ini seorang guru, untuk melihat situasi dengan lebih jelas, memaknai situasi tersebut, mengambil pelajaran dari pengalaman, dan merencanakan langkah-langkah nyata untuk memperbaiki situasi tersebut. Model ini terdiri dari tiga tahap yang saling terkait: Situasi, Makna, dan Aksi.
Tahap I: Situasi
Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan, “Apa yang terjadi?” Guru berusaha untuk mendapatkan gambaran yang objektif tentang situasi dan permasalahan yang ada tanpa melakukan penilaian atau pemaknaan awal.
Tahap II: Makna
Tahap kedua melibatkan pertanyaan, “Apa pelajaran yang saya dapat?” Guru mencoba memaknai apa yang telah terjadi dan mencari pembelajaran yang dapat diambil dari situasi tersebut. Ini adalah langkah penting untuk memahami implikasi dari pengalaman tersebut.
Tahap III: Aksi
Pada tahap terakhir, guru bertanya, “Apa yang harus saya lakukan sekarang?” Tahap ini mendorong guru untuk merencanakan langkah-langkah nyata untuk memperbaiki situasi berdasarkan pembelajaran yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya.
Langkah-langkah Praktik Model Refleksi Situasi – Makna – Aksi
Untuk memberikan contoh konkret tentang bagaimana model ini diterapkan dalam praktik, berikut adalah langkah-langkah yang diambil oleh guru Sahono dalam pengalaman refleksinya:
Tahap 1: Situasi
Guru mengidentifikasi masalah yang dihadapi. Dalam contoh ini, guru menyadari bahwa ada kurang antusiasme dari 65% hasil belajar anak-anak dalam proses pembelajaran.
Tahap 2: Makna
Guru mulai mencari tahu apa yang salah dari situasi ini. Dalam hal ini, guru menyadari bahwa media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan hanya berupa LKPD, sehingga membuat murid merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Tahap 3: Aksi
Guru merencanakan tindakan nyata untuk mengatasi situasi tersebut dengan lebih baik. Dalam hal ini, guru memilih metode atau pendekatan yang lebih tepat untuk memotivasi murid belajar.
Selanjutnya, guru juga merenungkan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dirinya sendiri setelah mengalami pengalaman aksi ini. Dalam contoh ini, guru menciptakan model pembelajaran berbasis projek dengan harapan dapat memotivasi dan meningkatkan hasil belajar murid.
Umpan Balik Rekan Guru Sejawat
Pentingnya umpan balik dari rek an guru sejawat juga tidak boleh diabaikan dalam proses refleksi. Dengan berbagi pengalaman dan mendengar sudut pandang rekan guru sejawat, guru dapat memperkaya pemahaman mereka tentang situasi dan menerima masukan yang berharga.
Umpan balik dari rekan guru sejawat dapat membantu guru Sahono untuk menilai keefektifan langkah-langkah yang telah diambil dalam mengatasi masalah pembelajaran di kelasnya. Ini adalah langkah penting dalam memastikan bahwa upaya perbaikan yang dijalankan sesuai dengan harapan.
Berikut contoh umpan balik dari para rekan-rekan guru:
Dalam akhirnya, model refleksi situasi-makna-aksi adalah alat yang kuat untuk meningkatkan praktik pembelajaran seorang guru. Dengan berfokus pada refleksi diri, pemahaman situasi, pembelajaran, dan tindakan nyata, guru dapat terus berkembang dan memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih baik bagi siswa mereka. Model ini juga menunjukkan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat, baik bagi guru maupun siswa.
Klik disini untuk mendownload Link file presentasi
