Persamaan Partikel “Wa” dalam Bahasa Jepang dan ” Téh ” dalam Bahasa Sunda Sebuah Tinjauan Perbandingan

0
55

Lukman Hakim
(SMK Teknomedika Plus)

Abstrak

Artikel ini mengeksplorasi persamaan partikel “wa” dalam bahasa Jepang dan ” téh ” dalam bahasa Sunda melalui pendekatan perbandingan. Partikel-partikel ini memiliki peran yang signifikan dalam struktur kalimat dan ekspresi makna dalam kedua bahasa tersebut. Penelitian ini membahas kemiripan dan perbedaan dalam penggunaan serta fungsi partikel “wa” dan ” téh “, menyoroti konteks budaya dan sosial yang memengaruhi penggunaannya. Melalui analisis linguistik dan studi kasus, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran masing-masing partikel dalam menyampaikan nuansa dan makna dalam kalimat bahasa Jepang dan bahasa Sunda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman lintas budaya dan linguistik, serta menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini.

Kata Kunci : Partikel wa , téh perbandingan

Pendahuluan
Bahasa adalah jendela kebudayaan suatu masyarakat, dan dalam setiap bahasa terdapat elemen linguistik yang memberikan ciri khas pada struktur kalimat. Dua bahasa yang menarik untuk dibandingkan adalah bahasa Jepang dan bahasa Sunda. Meskipun berasal dari budaya yang berbeda, keduanya memiliki partikel unik yang memiliki peran penting dalam membentuk makna dalam sebuah kalimat. Artikel ini akan mengeksplorasi persamaan partikel “wa” dalam bahasa Jepang dan ” téh ” dalam bahasa Sunda.

Dalam kamus linguistik edisi ke empat definisi Partikel adalah satuan bahasa yang tidak dapat berdiri sendiri biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan, yang mengandung makna gramatikal, dan tidak mengandung makna leksikal, misalnya, pada, dalam , dengan , untuk (Kridalaksana, 2008: 74) sementara Masuoka dan Takubo (2000: 49) juga mengemukakan definisi partikel,  yaitu penghubung antara satu kata dengan kata yang lainnya, dan satu klausa dengan klausa yang lainnya, serta berfungsi juga untuk membentuk subjek atau pelengkap yang mengikuti kata benda.

Hasil dan Pembahasan
Dalam Bahasa Jepang, partikel “wa” (は) sering digunakan sebagai partikel tema atau topik dalam sebuah kalimat. Partikel ini membantu menentukan subjek atau objek yang sedang dibahas. Sebagaimana  Safama & Diner (2022 ) menyatakan partikel wa berfungsi  sebagai  penanda  topik  kalimat,  sebagai  penanda  informasi,  sebagai subjek kalimat, digunakan untuk menunjukkan penekanan atau penegasan. Contohnya, dalam kalimat “Watashi wa gakusei desu” (私は学生です), “wa” menunjukkan bahwa subjek kalimat tersebut adalah “saya.”

Di sisi lain, bahasa Sunda, salah satu bahasa daerah di Indonesia, memiliki partikel ” téh ” yang memiliki fungsi serupa. Partikel ini sering digunakan untuk menunjukkan subjek atau objek dalam sebuah kalimat.  Sebagaimana  Müller (1992) menyatakan  téh adalah   partikel   yang sangat  sering  digunakan  penutur  bahasa  Sunda dalam  perbincangan sehari-hari.Téh digunakan untuk  menandai  frasa  yang  menjadi  informasi yang   sudah   diketahui   dengan   tujuan  untuk mempertegas informasi tersebut, téh biasanya diletakan setelah adverbial dan setelah subjek.Sebagai contoh, dalam kalimat “Abdi téh pelajar,” ” téh ” menunjukkan bahwa subjek kalimat tersebut adalah “saya.”

Perbandingan:

Fungsi sebagai Partikel Subjek:

Bahasa Jepang: “Watashi wa gakusei desu” (私は学生です) artinya “Saya adalah seorang pelajar,” di mana “wa” menunjukkan bahwa yang sedang dibicarakan adalah “saya.”

Bahasa Sunda: “Abdi téh pelajar,” yang berarti “Saya adalah seorang pelajar,” menunjukkan penggunaan ” téh ” untuk menyatakan subjek kalimat.

 

Penggunaan dalam Konteks Kalimat:

Bahasa Jepang: Partikel “wa” sering digunakan pada awal kalimat untuk menetapkan topik pembicaraan.

Bahasa Sunda: Partikel ” téh ” juga sering muncul di awal kalimat untuk menunjukkan topik atau subjek yang sedang dibahas.

 

Kesimpulan
Meskipun Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda berasal dari konteks budaya yang berbeda, persamaan dalam penggunaan partikel “wa” dan ” téh ” menunjukkan bahwa bahasa memiliki pola dasar yang universal dalam menyampaikan informasi mengenai subjek atau topik dalam sebuah kalimat. Studi lebih lanjut tentang perbandingan antara bahasa-bahasa ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang cara masyarakat menggunakan bahasa untuk menyampaikan makna dan nilai dalam kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka

  1. Kridalaksana, H. (2013). Kamus Linguistik (edisi keempat). Gramedia Pustaka Utama.
  2. Masuoka, Takashi dan Yukinori Takubo. 2000. Kishoku Nihonggo Bunpo. Tokyo: Kuroshio Shuppan.
  3. Safama, S. A., & Diner (2022) Analisis Kesulitan Penggunaan Partikel Wa, No, Ni, De pada Siswa MAN 1 Kebumen. JLA (Jurnal Lingua Applicata)6(1), 44-54.
  4. Müller-Gotama, F. (2001). Sundanese (Vol. 369). Spotlight Poets.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here